Minggu, 08 Juli 2018

kelompok 3 Individu dan masyarakat, struktur pranata dan proses sosial budaya



KELOMPOK MATERI 1
JUDUL MAKALAH:
Individu dan masyarakat, struktur pranata dan proses sosial budaya
TUGAS MAKALAH 
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Dosen Pengampu: Nurjaman, M.Pd.I


 

Disusun oleh:
Meliya panesah (170641166)
Faisal Amri  (170641151)

              


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2017-2018




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu adalah seorang manusia yang khas, ia mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengembangkan kemampuan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak bisa berdiri sendiri, iya membutuhkan orang lain, karena itulah ia hidup berkelompok membentuk masyarakat. Dalam mengatur kehidupan berkelompok dan dibuatlah norma atau aturan-aturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dengan tujuan untuk menjaga kestabilan, keamanan, dan ketertiban bersama.
           Setiap individu dalam masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda, sehingga memungkinkan untuk saling bekerja sama, saling membentuk, saling mendukung untuk mencapai tujuan yang sama. Individu senantiasa berhubungan dengan individu lainnya. Dalam melakukan hubungan tersebut mereka saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menyesuaikan diri sehingga timbul proses sosial. Proses sosial yang terus berlanjut dan teratur akan menyebabkan perubahan sosial budaya dan kelompok.
          Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan tentang pengertian individu dan masyarakat, struktur pranata dan sosial budaya serta mengetahui bahwa masyarakat adalah unsur dari sebuah pemerintahan dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian individu dan masyarakat serta hubungannya?
2. Apa penyebab timbulnya perbedaan ras?
3. Apa jenis-jenis ukuran?
4. Sifat pelapisan sosial?
5. Apa pengertian pranata sosial budaya?

C. Tujuan
1. Mengatur agar kebutuhan hidup manusia terpenuhi secara memadahi.
2. Mengatur agar kehidupan sosial masyarakat bisa berjalan lancar dan tertib.
3. Mengetahui struktur sosial budaya.
4. Mengetahui jenis-jenis Ras.
5. Mengetahui pengertian pranata sosial budaya.


BAB II
PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
1. Individu
             Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan tuhan yang maha esa, di dalam dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Berikut penjelasannya :
a. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan ciri dan hakikat yang sama.
b. Rasa, merupakan perasaan individu yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta, seperti merasakan panas, merasakan dingin atau merasakan makanan yang lezat. Perasaan juga dapat dikembangkan menjadi perasaan senang, sedih, gundah, gelisah dengan kehidupan sebaliknya.
c. Rasio, atau akal pikiran merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap individu.
d. Rukun, atau pergaulan hidup merupakan bentuksosialisasi dengan sesama manusia dan hidup berdampingan atau berpasang-pasangan satu sama lain secara harmonis, damai dan slaing melengkapi. Rukun ini merupakan perangkat individu yang dapat membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut sebagai masyarakat.
e. Masyarakat, istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling bergaul dan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Di dalam bahasa inggris dipakai istilah “society” yang sebelumnya berasal dari kata “socius” berarti “kawan” (koentjoroningrat, 1980). Pendapat sejenis juga terdapat dalam buku “sosiologi kelompok dan masalah sosial” karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataanmasyarakat berasal dari kata “musyarak” (Arab), yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
2. Masyarakat
        Dalam bahsa inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua pengertia , yaitu society dan community. Menurut Abdul Syani (1989), masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu:
a. Memandang Community
Sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia mnunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun, atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.
b. Community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologi dan hubungan antar manusia, maka di dalam nya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat mahasiswa dan sebagainya. Dari kedua ciri khusus yang dikemukakan di atas, berarti dapat diduga bahwa apabila suatu masyarakat tidak memenuhi ciri-ciri tersebut, maka ia dapat disebut masyarakat society. Masyarakat dalam pengertian society terdapat interaksi sosial, perhitungan-perhitungan rasional dan like interest, hubungan-hubungan menjadi bersifat pamrih dan ekonomis (Abdul Syani, 2002) .
Pengertisn masyarakat menurut beberapa ahli adalah  :
a. Ralp Linton (1936)
Seorang ahli antropologi, mengartikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah dirumuskan dengan jelas,
b. Herkovis
Seorang antropologi yang lain, mengartikan masyarakat sebagai sekelompok individu yang tersusun mengikuti suatu cara hidup tertentu.
c. Selo Sumardjan
Seorang sosiolog Indonesia mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol adalah :
a. Kehidupan Keagamaan
Berkurang bila dibandingkan dengan pedesaan dal ini disebabkan adanya cara berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak.
b. Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain
c. Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh daripada warga desa.
e. Jalan ikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasarkan kepentingan dari pada faktor pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat mengakitbatkan pentingnya faktor waktu.
g. Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.

Menurut Selo Sumardjan masyarakat perkotan mempunyai ciri :
 a. Hubungan dengan masyarakat lain terbuka.
b. Kepercayaan yang kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Masyarakat tergolong-golong menurut macam-macam profesi dan keahlian.
d. Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata.
e. Hukum yang berlaku hukum tertulis.
f. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang berdasarkan atau pengguna uang.
Untuk dapat memperoleh gambaran lengkap tentang masyarakat, Anderson dan Parker mengemukakan ciri-ciri suatu masyarakat sebagai berikut :
a. Adanya sejumlah orang
b. Tinggal dalam suatu daerah tertentu
c. Mengadakan atau mempunyai hubungan yang tetap/teratur satu sama lain.
d. Sebagai akibat hubungan interbentuk suatu sistem hubungan antar manusia.
e. Mereka terlibat karena memiliki kepentingan bersama.
f. Mempunyai tujuan bersama dan bekerja sama.
g. Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasarkan unsur-unsur sebelumnya.
h. Berdasarkan pengalaman ini, akhirnya mereka mempunyai perasaan solidaritas dan perasaan sebagai rasa.
i. Sadar akan saling ketergantungan satu sama lain.
j. Berdasarkan sistem yang terbentuk, dengan sendirinya membentuk norma-norma.
k. Berdasarkan unsur-unsur di atas akhirnya membentuk kebudayaan bersama melalui hubungan antar manusia.

A.  STRUKTUR, PRANATA DAN PROSES SOSIAL BUDAYA
1. Struktur Sosial Budaya
           Pola perilaku dari setiap individu dalam masyarakat yang bersusun sebagai suatu sistem disebut struktur sosial. struktur berasal dari kata structum yang asrtinya menyusun membagi atau mendirikan. Conroh di sekolah terdapat struktur sebagai berikut ada, kepala sekolah, guru-guru, murid, pegawai administrasi, dan penjaga sekolah.
Semua orang yang ada disekolah tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi dengan baik. Salah satu unsur dari sekolah tersebut tidak ada misalnya guru, maka proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik. Disekolah juga mempunyai norma, mislanya murid baru datang pukul 7.00, harus memakai seragam dan sepatu yang telah ditentukan, tidak boleh merokok dalam lingkungan sekolah dan sebagainya.
           Kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, penjaga sekolah, juga mempunyai aturan-aturan yang hendak dipatuhi, jika tidak akan ada sanksi yang akan mereka trima. Dalam sistem sosial selalu berhubungan dengan peran (role) dan kedudukan (status).
Kepala sekolah, guru, murid, dan pegawai administrasi diatas, mempunyai kedudukan yang berbeda, karena itu tugas dan peran yang harus dilakukannya pun berbeda pula, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam memperlancar proses belajar mengajar disekolah.
Setiap individu mempunyai ciri dan kemampuan tersendiri, seperti jenis kelamin, bentuk fisik, perasaan, bakat, minat, kemampuan berpikir dan berkarya. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya perbedaan social (differensiasi sosial). perbedaan sosial bersifat universal artinya dimiliki oleh setiap masyarakat dimanapun. Hanya bentuk dan derajatnya saja yang berbeda. Contoh pada masyarakat pemburu dan peramu, perbedaan sosial berdasarkan jenis kelamin, usia, dan keterampilan berburu. Berburu dilakukan oleh laki-laki, sedangkan meramu atau mengumpulkan tumbuhan lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita. Laki-laki yang mempunyai keterampilan tinggi dalam berburu umumnya lebih dihargai. Hasil buruan mereka bagi-bagikan dan yang usia nya lebih tua mendpatkan bagian yang paling baik, hati misalnya. Bagian-bagian tertentu dari binatang seperti gigi, taring, seringkali dianggap sebagai lambang keberanian, sehingga siapa yang paling banyak mendapatkannya semakin dihargai.
              Pada masyarakat yang teknologinya sudah maju, perbedaan sosial lebih banyak disebabkan oleh adanya perbedaan keahlian, sehingga timbul keanekaragaman pekerjaan atau profesi seperti dokter, guru, perawat, supir, petani dan sebagainya.
Perbedaan bentuk fisik manusia yang meliputi warna kulit, warna rambut, bentuk rambut (kriting atau lurus), bentuk badan, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk kepala dan sebagainya. Menyebabkan timbulnya perbedaan ras, ada :
a. Ras Negroid, dengan ciri warna kulit hitam, mata hitam, kriting, pendek, hidung lebar, dan bentuk bibir yang tebal.
b. Ras Mongloid, dengan ciri warna kulit cokelat, rambut lurus, tubuh pendek, hidung datar, dan tulang pipi menonjol.
c. Ras Caocasoid, dengan ciri kulit dan mata terang, rambut bergelombang, hidung mancung. Bibir tipis, muka oval, dan badan tinggi.
Selain itu perbedaan sosial dapat pula disebabkan oleh perbedaan agama seperti islam, kristen, hindu, dan budha. Perbedaan suku seperti, suku sunda, batak, minangkabau, dan sebagainya. Perbedaan marga seperti simatupang, simalungun dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat seringkali menunjukan lapisan-lapisan yang bertingkat. Lapisan-lapisan yang bertingkat ini disebut dengan stratifikasi sosial. ukuran yang dipergunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu adalah :
a. Ukuran kekayaan, timbul golongan kaya  atau ekonomi kuat, golongan miskin atau ekonomi lemah dan golongan tengah atau sedang. Pada masyarakat petani, luas pemilikan lahan menjadi ukuran utama timbul tuan tanah, penyewa dan buruh tani. Pada masyarakat industri seringkali tampak dalam kekayaan berupa material seperti luas dan bentuk rumah, mobil, pakaian, dan gaya hidup.
b. Ukuran kekuasaan, timbul golongan penguasa dan yang dikuasai. Mereka yang termasuk kelompok penguasa menjadi kelompok teratas dan biasa wewenangnya pun menjadi lebih tinggi.
c. Ukuran kehormatan, timbul golongan yang berpengaruh dan dihormati dan golongan yang terpengaruh biasanya ukuran ini umumnya terdapat pada mayarakat tradisional, dimana pimpinan informal masyarakat mendapatkan kedudukan yang tinggi di masyarakat, seperti para kyai, kepala adat dan sebagainya.
d. Ukuran ilmu pengetahuan, timbul golongan cendikiawan dan masyarakat biasa. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kepintaran atau kemampuan menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, seperti seorang sarjana lebih dihargai daripada yang berpendidikan SMA, atau yang berpendidikan SMA lebih dihargai daripada SD.
               Dasar dari pelapisan sosial diatas dapat timbul dan berkembang secara otomatis atau tidak disengaja oleh masyarakat. Selain itu ada pula pelapisan sosial yang memang sengaja dibuat. Misalnya dalam organisasi, perusahaan instansi pemerintah dibuat strata-strata. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi, dan anggota. Penyusun ini dibuat dengan maksud :
a. Mengatur tugas dan wewenang.
b. Untuk mendorong meningkatkan produktifitas karena setiap individu.
c. Ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.
d. Lebih memudahkan pencapaian tujuan bersama.
Dengan demikian pelapisan sosial selalu berkaitan dengan peranan dan kependudukan seseorang dalam masyarakat. Setiap orang diharapkan berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga timbul kerja sama yang saling menguntungkan. Karena itu maka pelapisan sosial diperlukan selama hak dan kewajiban setiap orang dalam tiap lapisan diterima secara seimbang dan adil.
Ada dua sifat pelapisan sosial yang berembang di masyarakat :
1) Bersifat tertutup (closes social stratification) yaitu tiap anggota tidak dimungkinkan untuk pindah lapisan baik keatas maupun ke bawah, satunya jalan untuk masuk ke dalam lapisan ini adalah melalui kelahiran. Contoh lapisan tertutup ini adalah sistem kasta.
2) Bersifat terbuka (oven social stratification) setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk masuk dan keluar pada tiap lapisan. Contoh berdasarkan kekayaan dan kekuasaan.

2. Pranata Sosial Budaya
         Pranata sosial berasal dari istilah inggris social institution istilah social institution ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di indonesia, ada yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964; Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul Syani,1994), pranata sosial (Koentjaraningrat,1985), dan bangunan sosial. Istilah yang akan digunakan disini adalah pranata sosial, karena social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat
            Menurut Koentjaraningrat pranata sosial adalah satu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah himpunan dari norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
           Pranata sosial dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada dasarnya bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan kebutuhan tersebut perlu dalam keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya norma-norma yang menjamin keteraturan tersebut.
       Norma-norma tersebut akhirnya berkembang menjadi pranata sosial, yang pada dasarnya diciptakan untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia itu. Kebutuhan manusia sangatlah beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnya pun beraneka ragam pula. Manusia misalnya mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan keturunan. Manusia memerlukan aturan dalam menyalurkan nafsu seks dalam menghasilkan keturunan itu, supaya tidak sama seperti kelakuan binatang. Oleh karena itu manusia membentuk pranata keluarga yang akan mengatur pemenuhan kebutuhan pokoknya itu.
        Dalam pranata keluarga makan ada sejumlah norma yang mengaturnya mulai dari kegiatan meminang, melamar, pernikahan, upacara adat, mas kawin, hubungan kekerabatan, dan sebagainya. Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya, maka lahirlah pranata agama. Pranata-pranata yang ada dibidang agama ini misalnya masjid, zakat, wakaf, gereja, dan sebagainya. kebutuhan manusia lainnya, misalnya di bidang pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam bentuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah menengah, universitas, pondok pesantren, madrasah, dan sebagainya.
      Kebutuhan untuk mendapatkan dan mendistribusikan barang (sandang pangan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata ekonomi. Kebutuhan dibidang politik akan melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan kekuasaan. Pranata politik ini akan berkaitan dengan pranata negara, pemerintahan, parlemen, desa dan sebagainya. Dari uraian di atas, anda dapat menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya : pranata keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranata pendidikan, pranata politik, dan sebagainya. Banyaknya pranata sosial dalam masyarakat tergantung dari kompleks masyarakat.
      Semakin kompleks suatu masyarakat, maka semakin banyak kebutuhannya, berarti semakin banyak pula pranata sosialnya. Apa sebenarnya fungsi pranata sosial itu bagi kehidupan manusia. Pranata-pranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

3. Proses Sosial Budaya
               Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan kontak sosial. hubungan antar individu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial. interaktif sosial dapat terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Dua orang yang saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi antara individu dengan individu. Guru sedang mengajar di depan kelas adalah contoh interaksi individu dengan kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk langsung atau tatap muka (face to face) seperti berbicara atau bersalaman. Ada pula komnikasi tidak langsug yaitu melalui perantara seperti surat, telepon, surat kabar, televisi, atau radio. Perantara itu disebut sebagai media komunikasi.
        Interaksi sosial dapat juga terjadi melalui percakapan atau persentuhan badan (bersalamn).misalnya seseorang merokok dalam bus mengganggu ketenangan hati, sehingga keadaan ini mengundang reaksi orang-orang disekitarnya dengan cara menutup hidung atau pindah tempat duduk. Jadi interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan/emosi orang lain. Contoh lain, seseorang menendang batu di jalan atau menginjak tumbuhan, itu belum tindakan sosial karena batu atau tumbuhan tidak dapat berkreasi, tapi apabila batu yang ditendang itu mengenai kepala orang lain, atau tumbuhan yang diinjak itu adalah tanaman yang dipelihara orang lain, sehingga marah, itu termasuk tindakan sosial. seorang guru memarahi seorang murid yang tidak melaksanakan tugas, tindakan guru itu menyentuh dan mempengaruhi perasaan murid sehingga perilakunya berubah. Seorang ibu atau anak menonton film di TV, pengaruh film itu meresap ke dalam pikirannya sehingga terjadi perubahan emosi, seikap, dan perilaku. Semua itu adalah contoh tindakan sosial. besar kecilnya pengaruh yang diterima oleh individu tergantung kepada sifat interaksinya. Menurut Astrid Susanto (1997) sifat interaksi itu adalah :
a. Frekuensi interaksi, makin sering makin kenal dan makin banyak pengaruhnya.
b. Keteraturan interaksi, semakin teratur, semakin jelas arah perubahannya.
c. Ketersebaran interaksi, semakin banyak tersebar, semakin banyak yang dipengaruhinya.
d. Keseimbangan interaksi, semakin seimbang posisi kedua belah pihak yang berinteraksi semakin besar pengaruhnya.
e. Langsung tidak nya interaksi, bila interaksi bersifat langsung kedua pihak, bersifat aktif, maka pengaruhnya semakin besar.
Bila proses interaksi terus berlanjut sehingga menimbulkan proses sosial. dan bila proses sosial inipun terus berlanjut dapat menyebaban, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Contoh seorang dokter yang berlatar belakang budaya kota ditempatkan disebuah desa. Dokter dan warga desa, berinteraksi, saling menyesuaikan diri. Dokter terus berkomunikasi secara langsung baik per orang maupun perkelompok.
Karena intensifnya berkomunikasi itu, lama kelamaan terjadi perubahan kebiasaan di antara keduanya. Misalnya petani menjadi lebih tahu tentang cara hidup sehat. Perilakunya pun berubah misalnya membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari, makan makanan yang bergizi, berobat ke puskesmas, posyandu, dan BKIA. Membutuhkan sarana pendidikan, listrik, jalan, peralatan lainnya. Sebaliknya dokter pun mengalami perubahan perilaku misalnya tahu tentang cara bercocok tanam, senang berkebun, berpakaian sederhana seperti orang desa, hidup bergotong-royong, dan mahir memainkan kesenian tradisional yang ada di desa. Interaksi yang bersifat seimbang, terjadi antara dua individu yang posisinya sama atau setingkatseperti teman sekolah dan teman sepermainan akan lebih besar pengaruh yang diterima pleh kedua belah pihak.
           Menurut Soerjono Soekanto (1982: 58) suatu interaksi sosial hanya bisa terjadi jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya :
1) Kontak sosial
Hubungan antara satu pihak dan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial.
2) Komunikasi
Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu.
Kontak sosial memang terjadi, tetapi tidak terjadi komunikasi. Kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa. Oleh karena itu syarat kedua dari interaksi sosial adalah adanya komunikasi terjadi apabila seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik jasmaniah atau sikap) dan perasaan-perasaan apa yang  ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Soerjono Soekanto (1982: 64) mengemukakan adanya dua macam proses sosial, yaitu :
1) Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam bentuk khusus lagi yaitu :
a) Kerja sama
b) Akomodasi
c) Asimilasi
2) Proses yang disosiatif (processes of dissociation) mencakup :
a) Persaingan
b) Contavention
c) Pertentangan atau pertikaian (conflict)
              Proses-proses sosial yang assosiatif terjadi apabila prang-perorangan atau satu kelompok melakukan interaksi sosial yang memiliki kesamaan atau keserasian pandangan atau tindakan sehingga mengarah kepada kesatuan ini bisa dalam bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.
a. Kerjasama (cooporation) adalah suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.
b. Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha mencapai kestabilan.
c. Asimilasi adalah suatu proses sosial ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.
Seperti halnya proses-proses sosial yang assosiatif, maka proses-proses dissosiatif pun dapat ditentukan pada setiap masyarakat. Proses dissosiatif ini terwujud dalam bentuk persaingan atau kompetisi (competion), kontavensi (contravention), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
a. Persaingan adalah suatu proses orang-perorangan atau kelompok-kelompok yang bersaing mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontavensi adalah proses sosial yang ditandai dengan gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu kelompok.
c. Pertikaian atau konflik adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya.
Interaksi sosial dapat menimbulkan :
a. Kerja sama (cooperation)
b. Persaingan (competition)
c. Pertikaian (conflict)
            Kerja sama terjadi bila individu atau kelompok mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama, sehingga timbul aktifitas yang saling menunjang, membantu untuk bersama-sama mencapai tujuan.
Ada tiga bentuk kerja sama yaitu :
a) Bergantung yaitu perjanjian pertukaran barang atau jasa.
b) Cooporation yaitu penerimaan unsur-unsur baru sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan atau ketidakstabilan.
c) Coalition yaitu penggabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Bila dua kelompok yang berbeda kebudayaanya saling berbaur menjadi satu kesatuan hingga menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaan aslinya disebut asimilasi. Contoh asimilasi contoh asimilasi adalah perkawinan campuran dua suku yang berbeda menghasilkan satu kebudayaan yang baru dan khas. Bila dua kelompok yang berbeda budaya saling bertemu dan melakukan kontak sosial yang intensif, sehingga terjadi pembaruan tanpa menghilangkan ciri kebudayaan aslinya disebut dengan akulturasi. Contoh datangnya pengaruh Hindu, Budha, dan Islam ke Indonesia berbaur dengan kepercayaan asli. Persaingan adalah proses sosial di mana dua individu atau kelompok berusaha mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian masyarakat tanpa kekerasan atau ancaman. Misalnya dua orang siswa sama-sama memusatkan perhatian untuk memperoleh nilai IPS tertinggi.
             Pertikaian atau konflik adalah pertentangan antara individu atau kelompok, baik yang terlihat dengan jelas dan terbuka (misalnya dalam bentuk perkelahian) maupun tidak (misalnya hanya dalam sikap). Usaha untuk mencegah mengurangi. Menghindari dan menghentikan pertentangan disebut akomodasi. Akomodasi dapat melalui paksaan (coercion) seperti dua murid berkelahi diancam akan dikeluarkan jika terus berkelahi. Saling mengurangi perbedaan yang membuat mereka berselisih (compromise) mempergunakan pihak ketiga sebagai wasit netral (mediation) menyelesaikan pertikaian melalui pihak ketiga yang statusnya lebih tinggi (arbitration) mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu persetujuan bersama (conciliation), menyadari untuk menghindari pertikaian (toleransi), menyadari akan adanya kekuatan yang seimbang sehingga jika diteruskan tidak akan ada yang menang dan kalah (stalemate) dalam penyelesaian perkara melalui pengadilan (adjudication).


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
               Setiap orang dilahirkan sebagai makhluk individu. Individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyebut suatu kesatuan yang paling kecil. Individu sering digunakan sebutan “orang seorang” atau “manusia perorangan” sebagai individu, manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Jadi individu adalah satu kesatuan untuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri.
             Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu membutuhkan individu lain. Karana itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga memiliki solidaritas dan menghasilkan kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga tercipta ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan bersama dapat dicapai. Dalam setiap masyarakat selalu ada nilai, moral dan norma yang dianut dan dipatuhi. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber nilai, sumber moral dan merupakan seperangkat norma yang harus menjadi pedoman bagi setiap individu dalam bersikap, berperilaku, dalam bermasyarakat dan bernegara. Pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebenaran, kebaikan, keindahan, hidup bermasyarakat. Pancasila menuntut dan mengarahkan hidup setiap penduduk Indonesia untuk memiliki keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan antara individu dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, individu dengan individu dan individu dengan individu dalam kelompok masyarakatnya.
B. Saran
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur lain lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat divalidasi seluruhnya.



DAFTAR PUSTAKA

Samlawi, Faqih. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung: CV.Maulana.
Maftuh, Bunyamin. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung: CV.Maulana
Rahmat dan M.Halimi.1996. Penuntun Belajar Tata Negara untuk SMU. Bandung: Ganeca Exact.
Sumaatmadja, Nursid.2006. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka

  


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar